Minggu, 24 Mei 2015

Melepas Rasa Menggenggam Cinta


Terik, aku bergelut dengan rasaku sendiri, kusiksa angan dengan harapan atas kemungkinan kemungkinan yang kureka reka. Menumpuk pikiran pikiran. Mengikatkan diri pada kelaziman. Aku terduduk, lelah mengejar dunia. Aku ingin pulang.

Aku berteriak, aku ingin pulang.. Tapi aku tak tahu kemana jalanku menuju pulang. Aku tersesat pada dimensi antah berantah. Meski kubawa peta  kehidupan, ia tak lagi memberikan petunjuk apapun, karena aku tak tahu dimana saat itu kuberpijak, aku tetap tersesat tak berujung pangkal. Oh, lelah..

Pada setiap lelah menyisakan setitik penyerahan. Dan dalam penyerahan diri yang total, pengakuan atas ketidak berdayaan, maka Sang Maha Daya akan datang melalui orang yang digerakkan hatinya oleh-NYA untuk memberi setitik pemahaman. Bersihkan hatimu, serahkan dirimu padaNYA agar hatimu tak buta dan tak tuli lagi. 

Siang mulai redup, belahan bumiku menjelang sebuah perpisahan menuju malam. Selintas sunyi mengetuk perlahan. Termangu kutatap dia bergulir menuju ke barat daya, perlahan namun pasti, tanpa keraguan, hingga akhirnya punggungnya menghilang ditelan senja hari. Satu rasa terbawa pergi.

Dendang rebana diujung desa, jelang kumandang adzan. Sayup alunan kitab menggiring gelombang keriuhan menuju kedamaian. Kuambil percik percik air wudhu, membasahkan tubuh, menyucikan jiwa, menjelang satu pertemuan, kebersatuan bersama Sang Maha Esa. Allahu Akbar.

Dalam Akbar-MU kulepas semua rasa, keinginan, keterikatan, keakuan, dan segala selain Engkau. Dalam Akbar-MU terbuka segala hijab yang membatas, aku larut dalam semesta-MU dalam lautan cinta-MU.