Selasa, 27 Mei 2014

Menyelami Rasa

Kemarin, aku menuliskan tentang sebuah kerinduan yang dalam hingga konon katanya tulisanku itu benar benar memendarkan rasa rindu kepada yang membacanya. Mungkin memori jiwaku masih menyimpan serpih serpih kerinduan itu, meskipun aku tak tahu dengan pasti siapakah yang aku rindukan sebenarnya. . Ah.

Semalam, aku memimpikan seseorang datang, dengan segala upaya dia berlari menujuku, sebuah pertemuan yang perih, yang tidak mengobati rasa rindu namun menambahkan dengan berjuta kerinduan lagi. Beruntung hanya mimpi dan aku masih mampu terbangun.

Pagi ini, secangkir kopi hitam, tanpa gula seperti biasa, kunikmati selagi masih mengepulkan asap, nikmat. Tanpa hidangan lain, hanya kopi, namun aku bahagia masih mampu menikmatinya. Sambil duduk, pandanganku menyapu gugusan langit yang mulai membiru, pekat malam sudah terusir oleh terbitnya mentari pagi. Aku menikmati perubahannya, dari semburat merah jambu, kuning keemasan hingga akhirnya membiru. Aku menyapamu dalam diamku.

"kapan kamu kesini?" 
"aku kesana, tapi jadwalku padat sekali, rasanya kita tak mungkin bertemu," 
Inilah mimpiku semalam. Aku segera beranjak mundur dari percakapan, 
"aku pamit dulu, aku harus melepaskan rasa ini, keterikatan, kerinduan dan kekecewan," 
"tunggu, kenapa harus kecewa, kau bilang dinikmati saja, just let it flow," 
"Ya, begitulah rasa, rawan sekali tercampuri oleh ego. Harus dipilah, dilepaskan dari ego, sehingga aku bisa kembali merasakan kerinduan yang indah, tanpa tuntutan untuk ini dan itu." 
"aku terlalu sibuk" 
"tak apa, aku harusnya lebih mengerti, itulah tugasmu," 
Ringan, namun dalam. 

Segera kuselami rasaku yang terdalam, melepas satu persatu belenggu, keterikatan, ego, dan segala tuntutan yang membuat penderitaan. Membebaskan jiwaku dengan kesadaran bahwa aku memang memiliki semua kerinduan itu, namun dengan membebaskan dia ada di dalam sana tanpa perlu menuntutnya untuk menjadi sebuah pertemuan adalah sebuah kedamaian tersendiri. Semua hanyalah tentang rasa, aku bebas mengolahnya untuk menjadi bahagia atau menjadi derita. 

Terimakasih Tuhan dan terimakasih kepada guru kehidupanku yang telah mengajarkan tentang berbahagia
Dengan penuh cinta kupersembahkan untuk semua..