Rabu, 15 Februari 2012

Totally Venus

"Laki-laki dan perempuan berpikir secara berbeda, memahami masalah secara berbeda, menekankan pentingnya segala sesuatu secara berbeda, dan mengalami dunia di sekelilingnya lewat saringan yang sangat berbeda" (Dr Marianne J Legato)

Awalnya adalah obrolan yang manis antara aku dan dia, sekedar mengkompromikan hal-hal remeh temeh dalam pekerjaan dan kegiatan sehari-hari. Namun akhirnya merembet kemana-mana, mungkin aku terlalu detail dengan pernik-pernik hidup dan satu hubungan. Sambil ngobrol aku membaca majalah yang aku beli tadi siang, tiba-tiba saja saat membaca satu artikel aku teringat satu fakta yang mengganggu ketenangan otakku. Tanpa ba bi bu, langsung aku serang dia dengan pertanyaan tajam, "Sebenarnya ada apakah antara kamu dan dia, tak mungkin dia begitu bila tak pernah ada apa-apa." tanyaku. "Aku kan sudah pernah bilang, gada apa-apa, berapa kali aku harus mengulanginya?" jawabnya. "Terserah mau berapa kali." Jawabku ketus, lalu lanjutku, "Atau jangan-jangan kau bilang begitu juga ke dia bila dia bertanya padamu tentang aku ya?". "Sudahlah, kalau cuma mau membahas tentang ini aku nggak mau." katanya, " jadi berarti  selama ini kamu gak pernah dengerin kata-kataku." Serasa bertambah terbakar dada ini, emosi semakin meluap-luap. Pasti begini-pasti begitu, pikirku, mungkin sinapsisku korslet. Untungnya aku masih sedikit ada teori yang nyelip di otakku, sekedar mengerem hasrat menuruti perasaanku yang merusak. Masih ada sedikit pikiran jernih, kalau  memang dia begitu, lantas kenapa dia rela meninggalkan semua, untukku, dan membuang semua yang menggangguku. Akhirnya setelah beberapa lama terdiam aku buka suara, "Sudahlah, aku ikut kata-katamu sajalah, kebenaran adalah waktu. Biarkan waktu yang menguji kita.". "Iya, itu kamu tahu, tapi kenapa kamu masih tanya dan tanya lagi? Sekali waktu kamu bisa ngerti, tapi lain waktu di ulang dan diulang terus!" Jawabnya kesal. Melihat dia cemberut dan kesal, aku malah jadi geli. Karena sebenarnya aku juga hanya menuruti sekelebat bayangan hasil reka-reka aku sendiri. Aku masih sangat menyayangi dia, dan tak ingin dia pergi. Aku tahu, mungkin dalam kepalanya dia berpikir, kenapa setiap hal kecil selalu menjadi drama besar? kenapa harus meributkan segala sesuatunya? Dan kenapa disaat semua sudah selesai ia tidak bisa melupakannya? 
Tak ingin dia berlama-lama kebingungan dengan apa yang terjadi, aku segera menjawab pertanyaannya dengan santai, "Because I come from Venus". Akhirnya dia tersenyum dan berkata, "Yap! and Venus never listening!",  " That's mean I'm a real Venus". " Yes!! Totally Venus.. udah aku mau tidur, jangan diganggu."

Pertengkaran atau perdebatan-perdebatan kecil seperti diatas dari satu segi adalah pertengkaran yang lumrah dalam satu hubungan. Namun dilihat dari sisi lain, hal itu mewakili dengan sempurna apa yang begitu sering menjadikan salah paham diantara laki-laki dan perempuan. 

Mungkin dalam satu pola relationship, hubunganku dan dia bukanlah hubungan yang buruk, kami merasa bahwa kami memang diciptakan untuk melengkapi satu sama lain, dan sangat-sangat saling membutuhkan dan saling bergantung, akan tetapi saat terjadi pertengkaran aku dan dia terkadang merasa bahwa kami terasing satu sama lain. Kenapa ini bisa terjadi? 

Anatomi pertengkaran :

Di banding laki-laki, perempuan memiliki lebih banyak materi abu-abu di bagian depan korteks otaknya, tepat di belakang mata. Dimana area ini adalah pusat yang mengendalikan perilaku kompleks manusia. Perempuan juga memiliki lebih banyak hubungan diantara kedua sisi otaknya, yang bisa menjelaskan bagaimana ia memproses sejumlah arus informasi berbeda pada saat bersamaan. Misalnya perempuan masih bisa melakukan kegiatan memasak sambil pikirannya tak berhenti menganalisis pertengkarannya. Sedangkan laki-laki, hanya mengaktifkan satu bagian sisi otaknya pada saat berfikir atau konsentrasi pada satu hal, mengidentifikasi masalah, mendapat jalan keluar dan terus bergerak maju.
Kadar estrogen yang tinggi pada perempuan juga memperpanjang durasi sekresi hormon stress, kortisol, sehingga perempuan merasa lebih stress dibanding laki-laki pada saat mendapati masalah yang sama. Estrogen juga mengaktifkan bidang saraf yang lebih luas didalam otak perempuan, hal ini mengaktifkan sel yang memberi perempuan suatu jaringan yang diperlukan untuk membentuk lebih banyak memori terperinci mengenai urutan-urutan suatu kejadian. Jadi kadar hormon perempuan menjamin bahwa perempuan itu benar-benar memiliki memori yang lebih terperinci dan kuat atas suatu kejadian dibanding laki-laki.
Perbedaan lain adalah dari cara bertengkar. Otak kiri yang merupakan pusat kemampuan berbahasa, pada perempuan lebih banyak memiliki materi abu-abu dibanding pada laki-laki. Faktor inilah yang menjelaskan bagaimana tuduhan-tuduhan yang dilontarkan perempuan sarat mengalir sedangkan laki-laki cenderung  bereaksi diam. 
Saat seorang perempuan memproses setiap pemicu stress, otaknya mengirimkan sinyal untuk hormon yang membantuya mengatasi stress itu, dengan cara meningkatkan tekanan darahnya dan mendorong jantungnya berdetak dengan tempo dua kali lipat daripada saat normal. Hormon itu biasa disebut oksitosin. Kadar hormon ini akan tinggi saat perempuan menghadapi tekanan (menjadikan Oksitosin suatu hormon spesifik gender), dan merupakan alat yang kuat untuk membantu perempuan menghadapi tantangan.  Sedangkan laki-laki memilih "hadapi atau lari".

Mars dan Venus

Menurut John Gray, perbedaan perbedaan gender akan mudah dipahami dan dipecahkan dengan sense of humor. Bagi laki-laki (diumpamakan adalah makhluk dari Mars), bila tidak bisa memecahkan persoalan, solusinya adalah lupakan dan jalan terus. sedangkan pada perempuan (diumpamakan makhluk dari Venus), bila menghadapi masalah dan tak bisa memecahkan persoalannya paling tidak bisa membicarakannya. Jadi bagi kaum lelaki, apabila seorang perempuan berbicara panjang lebar  bukan berarti  dia ingin membuat nya kesal, tapi itu hanyalah disebabkan karena bagi perempuan begitulah caranya menghadapi persoalan. 

"Arti diri seorang laki-laki ditentukan oleh kemampuannya untuk mendapatkan hasil, sedangkan arti diri bagi perempuan ditentukan oleh perasaannya dan kualitas-kualitas hubungan-hubungannya" (John Gray Ph.D)

Ketika perempuan merasa dicintai, rasa harga dirinya naik dan turun seperti gelombang. Ketika suasana hatinya benar-benar bagus, ia akan mencapai puncak gelombang, tapi kemudian suasana hatinya itu bisa berubah dan gelombangnya langsung surut. Surutnya itu hanya sementara, setelah sampai dasar terdalam, tiba-tiba suasana hatinya akan berubah dan ia akan enak lagi. secara otomatis gelombangnya akan naik lagi. Ketika gelombang perempuan mulai pasang, ia merasa memiliki banyak cinta untuk diberikan, tapi kalau sedang surut ia merasakan sesuatu yang kosong di dalam dirinya dan perlu diisi dengan cinta. Pada saat itu perempuan perlu membicarakan persoalan-persoalannya dan ingin di dengarkan serta dipahami.  Meskipun laki-laki tak sungguh mengerti, ia bisa mendukung wanita dengan memberikan cinta, kesabaran dan pengertian. Walaupun cinta dan dukungan dari laki-laki tidak bisa memecahkan masalah perempuan, namun cinta dan dukungan bisa memberikan rasa aman sampai si wanita siap naik lagi ke puncak gelombang.

"Kalau kita ingat bahwa pria berasal dari Mars dan wanita berasal dari Venus, maka segalanya akan mudah dipahami"
(John Gray Ph.D)
Reff : 
Dr Marianne J. Legato, Why Men Never Remember & Women Never Forget, Gramedia Pustaka Utama, 2006
John Gray Ph.D, Truly Mars & Venus, Gramedia Pustaka Utama, 2004

@thanks for always understand, knowing, caring and lovingly ^_^

Kamis, 09 Februari 2012

Mendiamkan Air Keruh

"Jika seseorang bicara atau bertindak dengan pikiran jahat, kesengsaraan mengikutinya. Bila seseorang berpikir atau bertindak dengan pikiran jernih, kebahagiaan mengikutinya seperti bayangan yang tak pernah meninggalkannya"      
~Buddha Gautama (563-483 M)~

Dalam setiap pergaulan manusia, tentunya akan menjumpai berbagai macam pengalaman. Baik pengalaman baik, buruk, manis ataupun pahit. Sikap orang lain terhadap kita pun tak bisa kita harapkan sama seperti sikap kita bila menghadapi masalah tertentu. Adakalanya seseorang bersikap negatif yang begitu kuat yang sangat mengganggu, sehingga mempengaruhi kehidupan anda, anda pun berpikir bagaimanakah caranya melepaskan diri dari sikap negatifnya tersebut. 

Untuk melepaskan diri dari sikap negatif oranglain dan agar tidak terpengaruh olehnya, ingatlah akan adanya medan magnet perasaan yang mengelilingi setiap orang. Ada medan cinta, kegembiraan, kebahagiaan, rasa syukur, gairah, dan ada medan negatif seperti amarah, putus asa, frustasi, kebencian, kekhawatiran, dendam, dan sebagainya. 

Seseorang yang dikelilingi oleh medan magnet amarah kondisinya sama sekali tidaklah nyaman, sehingga bila anda berinteraksi dengan mereka, sudah dapat dipastikan kemarahan itu akan mengarah kepada anda. Mungkin awalnya orang tersebut tidak bermaksud menyakiti anda, akan tetapi, karena medan magnet kemarahan tersebut, maka orang itu tidaklah dapat melihat apapun yang positif sewaktu memandang dunia lewat amarahnya. Dan karena hanya melihat kemarahan maka kemungkinan akan melampiaskan kemarahan kepada siapapun yang dijumpainya. 
Bila anda merasa sangat senang, maka medan magnet anda, menciptakan perisai yang tidak dapat ditembus dengan hal negatif apapun. Maka sikap negatif apapun yang dilampiaskan orang kepada anda tidak akan mampu menyentuh anda, dan akan berbalik kembali kepada pemilik medan magnet negatif tersebut. 
Sebaliknya jika seseorang melampiaskan sikap negatif kepada anda dan anda merasakan apa yang mereka lakukan (kenegatifan tersebut), anda harus tahu bahwa perasaan itu harus dibuang. Hanya ada satu hal yang perlu dilakukan bila itu terjadi, yaitu mencari cara untuk berlalu secara sopan, supaya andaa dapat memulihkan diri dengan perasaan yang menyenangkan. Dua medan negatif berlipat ganda secara cepat, bila keduanya bertemu satu sama lain, dan tak akan membuahkan satu kebaikanpun. Anda akan tahu soal ini dari pengalaman hidup anda, bahwa dua medan negatif yang bersatu bukanlah pemandangan yang indah!

"Air yang keruh, bila didiamkan akan jernih kembali"   ~Lao Tzu (Abad ke 6SM)~
(Disarikan dari : The  Power  by   Rhonda Byrne

Minggu, 05 Februari 2012

Selembar Pesan dalam Kebisuan Malam

Suara kendaraan bermotor memecah kesunyian malam, membelah hutan sepanjang jalan setapak menuju Rumah Kayu. Tak butuh waktu lama, di halaman depan dia berhenti, seorang lelaki,  turun dari kendaraannya. Disulutnya sebatang rokok, sekedar untuk membunuh gelisahnya. sekilas nampak gurat kegalauan di wajahnya, namun hanya sekilas, karena wajahnya segera tenggelam ditelan gulita malam. pelan-pelan dia melangkah, beruntung semburat cahaya rembulan masih bisa menerobos rerimbunan dedaunan, cukup untuk menuntun langkahnya menuju beranda depan Rumah Kayu. Ada pelita menyala berkelip-kelip, secercah harap, mudah-mudahan pemilik pelita itu masih ada didalam sana. Segera diketuknya pintu depan seraya mengucapkan salam, "Assalamu'alaikum", "Kulonuwun...", tak ada jawaban, kembali hanya ada kesunyian dan suara burung malam. Sebenarnya dia tahu, bila dia kesini agak siang tadi, dia pasti menemukan pemilik pelita itu, namun lelaki itu ragu pada dirinya sendiri apakah ia memiliki cukup kekuatan untuk bertemu setelah apa yang dia lakukan pada perempuannnya. Mungkin bila bertemu, sejuta makian dan sumpah serapah akan dia terima sebagai balasan setimpat terhadap apa yang dia lakukan. Namun seiring malam menjelang, keinginan untuk bertemu itu semakin kuat, dan semakin kuat. Tak berfikir lagi, lelaki itu segera bergegas kesini, walaupun sekedar untuk melihat jejak kehadiran perempuannya. 

Kosong, sunyi, seperti hatinya saat ini. Dibukanya pintu depan, tak terkunci, diambilnya satu kursi dibawanya ke dekat jendela depan. Ditatapnya langit yang ditaburi bintang gemintang, gemerlap, namun sunyi, seperti hidupnya, selalu berada diantara keramaian namun kesunyian adalah penghuni hatinya. 

Lelaki itu tahu, perempuannya tak pernah bisa menerima alasan-alasan yang dia kemukakan saat dia harus pergi. Kemarahan dan kepedihan telah terjalin sedemikian dalam di hati perempuannya, dan lelaki itu tak bisa berbuat apa-apa, selain hanya memohon maaf dan memohon pada Gusti akan keinginan hatinya yang sebenarnya. "Aku tak mungkin memilih, semua serba gelap untukku, aku harus membahagiakan banyak orang dan mengorbankan kebahagiaanku sendiri." itu alibi yang selalu dia kemukakan pada perempuannya, dan dia tahu, dia membawa perempuannya hancur bersama keputusannya. Kini, kata-kata tak pernah ada yang cukup untuk menggambarkan penyesalannya. Kebenaran perasaan akhirnya tak kuasa dibendungnya. Lelaki itu tak pernah menjawab sejuta tanya dan lontaran kekecewaan perempuannya. "Kebenaran perasaanku memilih kebisuan sebagai jalan termudah untuk menyampaikan makna bagi hatiku yang penuh cinta untukmu, perempuanku"

Ingatannya kembali kepada saat awal pertama kali berjumpa, lalu mengenalnya selama bertahun-tahun, dan dia tahu perpisahan akan tiba, namun lelaki itu sangat yakin bahwa perpisahan takkan sanggup memisahkan cinta mereka. Lelaki itu beranjak dari kursinya menuju meja di beranda depan, dituliskannya sebuah pesan, "Maafkan aku, kekasihku, karena aku berbicara padamu dalam orang kedua. Karena kau adalah diriku yang lain, cantik. Kaulah belahan jiwa, yang tak aku miliki sejak aku dilahirkan di dunia. Maafkan aku kekasihku. Aku tak kuasa atas hidupku sendiri hingga menyakitimu sedemikian hebatnya, namun akan kutebus semua, aku pinta selalu dirimu pada Sang Maha Kuasa untuk bisa berada disisiku melengkapi hidupku, biarlah kuasaNYA yang mengatur pertemuan kita."  

Dimatikan rokok terakhirnya, dan segera meninggalkan kesunyian Rumah Kayu menuju kota dengan penuh harapan atas terjawabnya semua doa-doanya.

@inspired by : The Miracle of Love by Kahlil Gibran