Kamis, 13 Maret 2014

Let Come and Let Go

Begitulah hidup, diwarnai dengan pertemuan dan perpisahan. Masih terasa ketika kemarin  begitu dekat dan riuh rendah saling menyapa, dan tiba-tiba menghilang pergi dan hanya menghadirkan sepi. Memahami hidup berarti memahami bahwa tak pernah ada yang abadi di dunia ini. 

Memahami sepi, memahami sebuah perpisahan dan pertemuan, menikmati setiap detik yang diberikan oleh kehidupan dengan penuh penerimaan, memahami bahwa manusia benar-benar hanyalah pelaku kehidupan bukanlah pencipta kehidupan ini, akan membawa kita pada satu titik ketenangan dan kedamaian. 

Semua hadir dengan tujuan, dengan pemahaman akan hakikat kehidupan maka semua hanya perlu diterima dengan biasa saja. Adalah indah ketika ada yang diajak bercengkerama dan membagi rasa setiap saat, namun adalah indah pula ketika semua pergi dan tinggalah kita sendiri, karena disitulah kita bisa terdiam, hening, mendengarkan dan mensyukuri setiap helaan nafas, berbahagia atas setiap degupan jantung. Karena sesungguhnya dalam sendiri dan sunyi itulah saatnya kita memiliki kesempatan untuk berbincang-bincang dan mengenal diri kita sendiri. Tak jarang dalam diam pula kita akan mampu menangkap ilham melalui mata hati.

Seorang Guru mengatakan, ketika kita mampu melepaskan diri dari dualitas dalam kehidupan, disitulah kita menemukan kesejatian. Mari rayakan semua dengan bahagia, karena dari pertemuanlah maka ada perpisahan, dan dari perpisahanlah maka akan ada pertemuan yang lain. Sikapi apapun yang hadir dalam kehidupan ini dengan penuh penerimaan, maka damai pun akan bersemayam.

Terimakasih kepada yang telah datang, dan terimakasih kepada yang pergi, biarlah cinta terus menyertai kita semua apa adanya kita. Salamku. 

Sabtu, 08 Maret 2014

Mengeja Dirimu

Hingga penghujung hari telah usai, dan berganti dengan lembar hari selanjutnya aku masih memunguti keping keping peristiwa yang memuat segala gambarmu. Tak ada lelah yang menghampiriku, aku terlalu berbahagia. 

Saat itu kau ada di depan mataku, hanya berjarak sehasta namun aku tak melihatmu. Kabut peristiwa menutup semua pengingatan akanmu. Aku tak peduli walaupun setiapkali tanganmulah yang menghapus airmataku, aku tak peduli walau hatimu penuh menampung segala keluh kesahku. Aku tak peduli segala sapaan hangatmu. Aku tak peduli padamu . Aku tak peduli rasamu. Aku menepiskan semua tentangmu. Aku tak cukup mengenalmu. Saat itu, aku tak mampu mengeja rasamu. 

Butuh ribuan hari untuk mendapat sebuah pemahaman, bahwa dirimu layak atas segala rasa indah ini. Dan ketika pemahaman itu menghampiri, akupun berhenti berlari. Mengeja dirimu dan membaca segala tentangmu, hingga aku melebur diri ini menjadi lautan, meluas dan terus meluas, hingga mampu kugapai rasamu. Menyatu dalam rentang jarak dan waktu. Menyelesaikan segala yang tertunda meski tanpa bersua. 

Kini keping-keping peristiwa itu telah menjadi utuh. Kubingkai dengan pemahaman. Dan kupajang dalam dinding hati. Setiap kali aku tersenyum ketika menatapnya. Saat ini, jarak yang membentangpun tak mampu membuat jeda atas rasa ini. Aku ada untukmu. 

Deventer, East Netherland, 8th March 2014, 6.45pm

Jumat, 07 Maret 2014

Semata Mata Cinta Semata

Bukan, bukan karena aku ingin memilikimu, maka aku mencintaimu. Bukan itu. 

Ketika cinta memanggilmu, kaupun tak pernah tahu betapa yang keras akan menjadi luluh, yang lelah menjadi bergairah, yang abu-abu menjadi merah jambu. Tak mudah memang untuk percaya begitu saja, namun kau bisa saja merasakannya ketika waktunya tiba. Saat itu kau tak bisa menghindarinya, sayap cinta mengepak begitu cepat, meluncurkan busur-busurnya, dan menancapkan jauh ke dalam kalbumu. Terkadang, seakan tanpa alasan, namun itulah kenyataan yang harus kau selesaikan.

Dan kenyataan itu adalah saat sebuah peristiwa yang tergambar jelas dalam satu pengingatan jiwa. Meskipun aku tak pernah tahu kapankah itu terjadi. Sudahkah? atau akankah? Entah. Yang pasti disana aku melihatmu bersujud dan berserah sepenuhnya, menghamparkan tubuhmu serendah bumi, penghormatan tertinggi pada Sang Pencipta. Khusyuk dalam tengadah tanganmu memanjatkan do'a-do'a penuh cinta. Di depanku. 
Di belakangmu adalah aku, mengikuti seluruh gerakmu, selaras dalam harmoni puja dan pujimu. . 

Kubiarkan semua mengalir apa adanya. Tak hendak ku mengejarnya, tak hendak ku menghindarinya. Aku hanya perlu memahami tentang cinta. Karena aku tahu, dengan cinta kan kutemukan jawabannya.

Bak bibit yang tersemai di ladang subur, tumbuh dan terus tumbuh merindangkan kasih. Pohon cinta yang kokoh, yang senantiasa menawarkan keteduhan dari dedaunannya, kesegaran dari nafasnya dan manisnya buah yang siap dituai. Sebatang pohon hanya memberi tanpa pernah meminta balas jasa. 

love
fallin so deep in the heart
just let what it goes

Berlin, 7 March 2014 12:52 am


Selasa, 04 Maret 2014

Pertemuan

Mentari sore itu memendarkan jingga kemerahan di ujung cakrawala, dan bulan membiaskan seiris tipis lengkung indahnya. Senja mengabarkan bahagia yang dikirimkan dari seseorang di seberang benua. Adalah sesuatu yang nyata yaitu ketika raga tak berjarak, jiwa ini belumlah bertemu. Namun ketika lautan nan luas dan dataran benua benua membentang jarak, jiwa ini bagaikan menemukan belahannya. Menyatu dalam alunan nada yang seirama, menggemakan kidung yang senada. Seia sekata. 

Hidup ini telah menyimpan alur cerita yang harus dijalani. Kisah satu jiwa bak perahu yang harus menempuh ber mil mil perjalanan hanya untuk menemukan pelabuhannya, untuk menyelesaikan urusan yang harus dikembalikan pada semual, nol. Hati akan menjadi pemandu, cinta akan menjadi bahan bakarnya. Ketika getaran dalam hati muncul disitulah satu pertanda, sebuah pelabuhan telah menanti untuk jiwa menyelesaikan urusannya. 

Tak ada kebetulan, semua memang harus terjadi begitulah adanya. Pada sosok yang tepat dan pada waktu yang tepat, semua telah dihitung dengan seksama oleh pencatat kehidupan. 

Terkadang manusia lupa, terlalu larut dalam alur getaran yang membiusnya. Hingga terlena akan tugas yang sebenarnya. Tugas yang sebenarnya hanyalah sebagai pengemban cinta yang sejati, yaitu seorang pengemban cinta yang benar-benar paham bahwa tugasnya hanyalah menjadi pembawa cinta, untuk memberikan cinta pada yang dicintainya, tanpa tuntutan, tanpa penderitaan. 

Dan senja itu aku hanya mampu menggumamkan, terimakasih Tuhan, aku paham.

on the way to Berlin, tengah siang


Minggu, 02 Maret 2014

Gita Nirwana

Merona-rona indah berseri
dalam hamparan permadani rerumputan menghijau
bernaung birunya angkasa raya
sejauh memandang hanyalah keindahan semata

Bangkit dan menarilah
dalam getar alunan gita nirwana
cakrawala telah dibuka
pintu mata jiwa menyalakan api cinta
menyatu dengan desiran angin
menyatu dengan jingga mentari
menyatu dengan warna warni pelangi
menyatu dengan segala dalam semesta raya

duka lara adalah masa silam
yang telah bertumbuh menjadi kematangan
suka cita adalah masa silam
yang telah bertumbuh menjadi kebijaksanaan
semua indah apa adanya

(Unspoken) I Love You

"Pada kehidupan terdahulu dia adalah pasanganmu, tak kau lihatkah, cintanya sedemikian besar untukmu. Bukalah hatimu, beri dia kesempatan untuk menyelesaikan cintanya padamu." Bisikan itu demikian jelas menjejak pintu kesadaranku.

Aku teringat saat saat kami masih sering melewatkan senja bersama, menghirup wangi kopi, bercengkerama hingga terkadang lupa waktu hingga larut malam. Hanya saja aku tak pernah berpikir seberapa dalam apa yang dia rasakan. Dan akupun tak pernah berpikir, aku memiliki rasa yang sama. Hingga sore itu, ketika satu pesan singkat terkirim kedalam memori telepon genggamku, 
"I'll go abroad, for fourteen days. Europe" dari dia.
Saat itu aku sedang bersama teman-temanku, biasanya aku tak pernah menghiraukan apapun pesan darinya, namun sore itu, ada yang menghentak jantungku, berdegup tak beraturan, 
"kapan berangkat?" tanyaku, 
"Besok malam." 
Huuuffthh. 

Aku bertanya kepada diriku sendiri, "kenapa aku harus merasa kehilangan? biar ajalah dia berangkat, biasanya juga biasa aja.." 
"aaaaa... tapi kali ini tak biasa," kata sisi lain diriku. hm,,, ya, ada yang berubah didalam sini.

Sore hingga malam semua message ke dia, lewat media manapun terpending. Ah sudahlah.. 

Hingga malam ini, ada satu pesan lagi dari dia, "Baru sampai Jakarta." 
"Penerbangan 16 Jam??? What a feel? Huuufftt.. I'll miss you," jawabku, rasanya seperti diaduk-aduk mengatakan hal itu. 
"Miss you too" jawabnya singkat..
Semua mengalir indah, hingga saat dia berkata, 
"wish me luck." 
"yes, of course. aku selalu memelukmu lewat do'a do'a ku..." 
ah, 
dan, percakapan mengalir tak terasa, hingga dirinya benar-benar pamit karena harus ke pesawat. Aku duduk, hati kecilku membisikkan satu kalimat untuknya, "I love you.." satu kalimat yang tak pernah terucap oleh mulutku. Tapi aku yakin, sangat yakin, pasti dia mengatakan hal yang sama. Hati ini merasakannya. 

Dan akupun kembali pada kehidupanku sediakala, buku-buku, tuts keyboard dan layar laptopku. Aku tersenyum. Aku bahagia, sangat bahagia dengan semua kehidupan yang diberikan oleh Sang Pemilik Kehidupan ini, apa adanya, apapun yang aku terima. Dan aku sangat percaya, diapun merasakan bahagia yang sama.

I love you, deep in my heart.. 
in silent