Selasa, 15 Mei 2012

Cukuplah Diam dan Tersenyum

"The difference between the enlightened and unenlightened is the difference between openess and narrowness" 

(Beda antara manusia yang tercerahkan dengan yang belum tercerahkan seperti beda antara keluasan pandangan dengan kepicikan pandangan) 

- Tantra guru -



Setiap episode kehidupan menyimpan guru-guru yang hebat. 

Setiap jejak kehidupan, menyisakan kesan yang berbeda pada setiap orang yang menjumpainya. Setiap kali melangkahkan kaki, tidaklah selalu membuat orang lain tersenyum, begitupun setiap langkah kaki yang dibuat orang lain tidak selalu membuat diri kita tersenyum. Begitulah manusia.

Kemarahan, cacian, kedengkian, hujatan, fitnah dan sejenisnya adalah penghuni batin yang belum bisa beristirahat dalam kebeningan. Yang melakukan tidaklah sadar, bahwa ketika satu jari sibuk menuding orang lain, jari-jari yang lain menunjuk pada dirinya sendiri. 

Goyah, gamang, bersedih hati dan membalas dengan kemarahan pada saat menghadapi tuduhan, musibah ataupun kenyataan hidup tak mengenakkan adalah tindakan yang melelahkan dari jiwa yang tak tercerahkan
Pengandaian batin manusia biasa ibarat hanyutnya sampah di banjir sungai, riuh gemuruh dan ribut. Pencerahan terjadi ketika seseorang sudah keluar dari arus banjir bandang kehidupan kemudian berdiri tenang dan seimbang di pinggir sungai, kemudian menyadari, semua sudah sempurna, apa adanya.

Menggali kedalam kedalaman jiwa, mencapai satu sumber kemurnian. Terkadang manusia menghujat pelajaran-pelajaran hidup yang dilaluinya, menyalahkan orang lain atas kehilangan dan musibah yang menimpanya, kesedihan dan aneka masalah kehidupan membuatnya menuding Tuhan tak menyayanginya. Padahal disitulah  letak pelajaran kehidupan, sebenarnyalah, duka cita dan kesedihan akan membawa dampak pemurnian yang besar bila manusia mampu memaknainya. Sebagaimana racun yang akan menjadi obat ditangan orang yang bisa mengolahnya. Seperti menggali sumur, awalnya berjumpa rumput, tanah, akar, lumpur lalu ada bebatuan, namun dengan ketekunan suatu hari akan berjumpa dengan kejernihan air. Halangan, cercaan dan penderitaan adalah jalan untuk menemukan arti kedamaian jiwa.

Bila jiwa murni telah tercerahkan, pujian dan cacian tidak menghentikan tugasnya untuk melayani kehidupan.  Seperti matahari, apapun komentar orang, besok pagi ia tetap terbit melayani kehidupan. Mau ditutup awan atau tidak, dia tetap bercahaya. Dia hanya tunduk pada Sang Pemilik Semesta.

Bangun pagi dan bergumamlah, "Sehari lebih tambah dekat dengan dengan hari kematian. Untuk itu tak ada cara yang lebih baik untuk mengisi hari ini dibandingkan melihat dan memperlakukan semua makhluk dan kejadian dengan penuh pengertian dan welas asih. Tidak saja cara ini membimbing di alam kematian, namun ia juga membahagiakan hari ini".  


Shanti Shanti Shanti. Matur Suksma.

        
(inspired of Bali Shanti 2. Pulang ke Rumah Kedamaian dan Keheningan. Gede Prama)