"Kaos ini aku beli di Bandung, waktu aku masih bekerja di perusahaan yang dulu" "Mungkin sudah lebih dari 7 tahun yang lalu". Aku pegangi kaos itu, sudah lusuh, warnanya pudar dimakan waktu, sepasang lengannya sudah dibuntungi. "Biarin, pokoknya mau aku bawa". Dua hari menjelang keberangkatanku, aku memutuskan membawa kaos itu.
Aku mengepak barang-barang di koper, bersiap berangkat. kaos kutung itu ikut denganku, aku selipkan di koper, di tumpukan paling bawah, karena aku nggak mau kaos ini ketinggalan. Selama transit di kota lain selama beberapa hari, kaos itu diam menghuni tempat paling aman. Hingga seminggu kemudian, aku sampai di tempat tujuan.
Sesampai di tempat aku menetap, aku bongkar koperku, aku tersenyum memandang kaos kutung itu," hm, kamu tidak tertinggal.."
Di kamar kaos selalu nampak, kadang-kadang aku gantung, kadang-kadang aku pakai, kadang-kadang aku biarkan terserak, dan kadang-kadang aku lempar ke sudut kamar bila aku kesal. Namun akhir-akhir ini, berminggu-minggu, kaos kutung itu kubiarkan tergeletak. Aku begitu sibuk hingga tak pernah tidur di kamarku sendiri.
Tapi malam ini panas sekali, kaos-kaos yang lain entah kemana, tinggallah kaos itu. Aku pakai, aromanya khas karena memang tak pernah kucuci sama sekali semenjak kubawa dulu. Yang penting gak bau apek.
Sambil duduk ditemani segelas kopi kupandangi kaos ini, buntung, sengaja di buntungi, tidak indah sama sekali, tapi aku menyukainya. Seperti hidup ini, tak sempurna, tapi aku bahagia.